Skip to content

Krisna Prasetyo

Hidup... Apa itu hidup?? Secara garis besar sih, kalau sesuatu itu bernafas, bergerak atau setidaknya mempunyai nyawa, udah bisa dikatakan hidup.. Tapi, kalau cuma 3 hal itu aja sih, tumbuhan juga bisa. Apalagi hewan.. Nah, apa kita mau disamakan dengan tumbuhan atau hewan??, yang hidup hanya untuk makan (atau makan untuk hidup??). Tentu gak bakal ada yang mau. Trus apa yang harus kita lakukan agar hidup kita berbeda dari mahkluk hidup lainnya?? Memaknai hidup!!! (Maksudnya??)..
Tuhan menganugerahkan segalanya untuk manusia yang beberapa darinya tidak dimiliki mahkluk lain.. (Apa itu??).. Akal dan pikiran. Manusia jelas lebih pintar daripada hewan dan itu yang membuat kita beda. (kalau dipake sih otaknya, kalo gak??).. Lalu, apa guna akal dan pikiran?? Banyak dab!!.. Salah satunya, untuk memaknai sebuah kehidupan. Sebenarnya, kunci dari kalimat memaknai hidup disini adalah membuat hidup kita berbeda dengan mahkluk hidup lainnya, dengan mempergunakan akal dan pikiran kita sesuai kapasitasnya.
Untuk memaknai sebuah kehidupan banyak cara yang bisa kita tempuh antara lain, menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.. (caranya??). Seabrek sob!! dan itu tergantung dari individunya sendiri. Contoh kecil, menolong orang menyebrang jalan. Gak penting sih.. Tapi disitulah sebenarnya letak makna hidup kita. Kita menjadi berguna bagi orang lain. (yang contoh besar??).. Wahh.. tanya mulu nih dalam kurung..!!:D..
Bagi kita, khususnya generasi muda, yang hidupnya dihabiskan untuk bersukaria, mungkin belum terlalu memikirkan akan kemana hidup kita nantinya. Untuk saat ini, pokoknya kita senang, hati bahagia, ketawa ketiwi setiap hari, udah cukup untuk berkata "Inilah Hidup!!".. Tapiii.. sesuatu yang besar akan menunggu kita di depan sana. Tantangan sebenarnya dari sebuah kehidupan.. Nah, siapkah kita menghadapi itu?? Layaknya menghadapi sebuah perang besar, persiapan matang wajib dilakukan. Strategi perang,  pedang tajam dan  mental baja adalah hal mutlak yang harus dipersiapkan. Sama halnya dengan mempersiapkan sebuah kehidupan. Mental baja, strategi hidup dan senjata yang akan kita pergunakan untuk menaklukkan lika-liku kehidupan harus kita siapkan.
Sulit memang mempersiapkan semuanya apalagi jika udah bersinggungan dengan prinsip hidup.. Pada sebagian orang, ada prinsip hidup yang tidak boleh diganggu gugat oleh pihak lain. Sebagian orang tersebut yakin bahwa prinsip hidupnyalah yang akan membimbing mereka dalam menemukan makna hidupnya. Hidup sebenarnya bukan pilihan. Kita tidak bisa memilih mau jadi apa kita nanti karena semua itu tergantung pada nasib dan takdir. Tapi kita juga tidak bisa sepenuhnya memasrahkan semuanya pada nasib dan takdir. Bukankah ada satu kutipan dalam sebuah kitab suci yang menyebutkan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib umatnya kecuali mereka mengubahnya sendiri. Dalam kutipan itu jelas Tuhan menginginkan umatnya berusaha keras untuk menentukan nasibnya sendiri. (i've got the point!!) Menentukan nasib kita sendiri, dan itu kita mulai dari sekarang.. Hidup bukan pilihan tapi kita bisa memilih cara kita hidup. Dan cara kita hidup sangat bergantung pada prinsip yang kita pegang dalam menjalani hidup. Dan prinsip hidup kita muncul dari sebuah pemikiran. Jadi kesimpulannya, akal dan pikiran kita yang akan menentukan nasib dan takdir kita nantinya.
Jadiiii, pada akhirnya hubungan sebab-akibat juga akan terjadi disini. Jika kita memilih cara hidup yang seenaknya saja, hanya memikirkan diri sendiri tanpa mempedulikan orang lain di sekitar kita, dan memikirkan sesuatu hanya untuk sesaat, bisa dipastikan jika orang itu tidak akan diterima di pergaulan dan Tuhan juga akan seenaknya saja menentukan nasib dia. Sebaliknya jika seseorang memilih cara hidup dengan hati-hati, salah satunya dengan memaknai hidupnya agar berguna untuk orang lain, dan menjalani segala hal dengan pertimbangan jangka panjang, tentu Tuhan juga akan menentukan nasibnya dengan hati-hati dan bisa dipastikan nasib itu adalah nasib yang baik. Dan, siapa yang gak mau bernasib baik??

Bingung liat judulnya?? Tenang saja judul diatas bukan salah ketik. Kata Inspiracy muncul dari dua kata yang saya gabung jadi satu, yaitu Inspiration dan Piracy, yang kemudian saya artikan dengan pembajakan inspirasi. Hmm.. apa lagi ini? Dalam tulisan pertama saya di blog ini yang berjudul Again telah saya paparkan tentang latar belakang saya membuat blog ini, yang merupakan blog ketiga saya. Saya tidak puas dengan banyaknya artikel repost di blog-blog saya terdahulu. Oleh karena itu saya bertekad untuk tidak lagi memasang artikel-artikel yang repost di blog ini. Atas dasar tekad itulah kemudian muncul kata Inspiracy. Pembajakan atau Piracy adalah sebuah kejahatan. Karena menggunakan karya orang lain dengan tanpa izin adalah sebuah kegiatan yang merugikan salah satu pihak. Tapi, disini kita tidak sedang berbicara pembajakan di mata hukum karena saya tidak mengerti apa-apa tentang hukum. Kita akan membicarakan pembajakan dari sisi penghargaan. Ambil contoh, ketika anda mencari sebuah artikel di internet. Dengan bantuan Google tentu akan menjadi hal yang mudah untuk dilakukan. Tapi apa yang kemudian anda rasakan saat Google sudah menampilkan hasil pencarian anda? Berdasarkan pengalaman pribadi, hal yang membuat saya jengkel adalah ketika saya menemukan banyak sekali artikel yang, huruf maupun susunan katanya, sama persis dengan blog-blog yang lain. Saya gak habis pikir, mudah saja bagi mereka mengcopy tulisan orang lain, (seperti yang saya lakukan di blog saya sebelumnya) tanpa memikirkan bagaimana penulis asli tersebut mencurahkan waktu untuk menulis artikel tersebut, yang kemudian hanya di copy paste yang hanya membutuhkan waktu kurang dari semenit. Lantas kemana penghargaan kita terhadap hasil karya orang lain?? Masih teringat jelas bukan ketika Malaysia tanpa hak mengklaim budaya kita seperti batik, reog, tari kecak dll, tanpa dikomando sebagian besar masyarakat kita melancarkan aksi protes menentang klaim Malaysia yang menurut kita melanggar hak cipta budaya bangsa kita. Dari sisi nasionalisme memang patut diacungi jempol. Tetapi coba kita tengok diri kita sendiri. Mungkin kita juga tanpa sengaja atau dengan sengaja pernah melakukan tindakan pembajakan, mengambil karya orang lain tanpa izin dan digunakan untuk kepentingan pribadi. Memang tidak ada label hak cipta pada karya tersebut, tetapi setidaknya ada lah sedikit penghargaan kepada mereka yang telah dengan susah payah mencurahkan inspirasinya. Hal itu juga yang akan kita rasakan ketika hasil karya kita kemudian dibajak orang lain untuk kepentingan pribadi. Tentu perasaan tidak terima akan muncul. Waktu, biaya dan pikiran kita yang telah kita curahkan untuk menulis sebuah artikel dengan tanpa hak dibajak oleh orang lain. Benar-benar perbuatan yang tidak beretika bukan?
Untuk itu alangkah indahnya jika semua saling menghargai, bukan hanya pada artikel di blog tapi juga dalam hal-hal yang lain. Saya telah menyadari kekeliruan saya di blog yang terdahulu dan saya memperbaikinya di blog ini. Semoga hal yang sama akan diikuti oleh blogger-blogger lainnya sehingga tidak ada lagi kejengkelan ketika menemukan artikel-artikel yang ditulis sama persis di banyak blog.
Kemudian dengan lantang kita berteriak Say NO! To Inspiracy

Dewa 19, PADI, ADA Band, Kahitna, Slank... Sapa yang gak kenal band-band tersebut? Merekalah band-band yang berkibar di era 90an. Band-band Indonesia yang belakangan namanya sedikit meredup sebagai akibat dari gempuran band-band baru yang mendadak bermunculan bak jamur di musim hujan (haiaah).. Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan saya, apa yang membedakan band-band Indonesia masa itu dengan band-band Indonesia masa kini? Sekilas mungkin tak ada bedanya. Dilihat dari segi bahasa band masa itu dan band masa kini masih menggunakan Bahasa Indonesia meskipun pada beberapa band ada yang menyelipinya dengan Bahasa Inggris, Bahasa Jepang dan bahasa-bahasa lainnya. Dari segi musik, mungkin band-band sekarang jauh lebih maju. Berbagai jenis alat musik dipadupadankan yang menghasilkan lantunan musik yang enak untuk didengar. Jauh berbeda dengan band masa itu yang masih menggunakan peralatan musik standard macam drum, gitar, piano dan bas. Namun, kalau boleh saya memilih, band masa itu atau band masa kini yang ingin saya dengarkan?? Dengan lantang saya akan menjawab band masa itu.. Kenapa?? (pertanyaan bagus).. Dengan usia yang bisa dibilang agak dewasa (kalau gak mau dibilang tua), saya sudah terbiasa mendengarkan lagu dari band-band masa itu. Mungkin itulah yang membuat saya lebih memilih band-band masa itu. Namun terlepas dari itu semua yang membuat saya masih mengagumi band-band jadul sampai sekarang adalah kreativitas mereka dalam merangkai kata-kata menjadi lirik lagu yang romantis, puitis dan kadang meluluhkan hati..(ckckckck).. Itulah yang menurut saya menjadi nilai plus untuk band-band masa itu. Karena jika dibandingkan dengan band-band masa kini yang liriknya kebanyakan pas-pasan, tentu kekreativitasan mereka dalam merangkai kata-kata patut diacungi jempol. Band-band sekarang, kebanyakan hanya menonjolkan gaya mereka dalam panggung atau dalam video klip mereka. Lirik lagu-lagu mereka semuanya standard, gak ada yang istimewa, yang menurut saya, anak SD pun bisa bikin lirik seperti itu. Paling banter, mereka mencoba berinovasi dengan menyelipkan beberapa kata dalam bahasa asing sepeti Bahasa Jepang, Bahasa Inggris dll (Bahasa Jawa ada gak ya??). Ada juga yang belagak culun, yang bermodal lirik meggelitik namun sebenarnya menjijikkan. Come on guys, kekuatan sebuah lagu itu ada pada liriknya. Tapi kita gak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka. Mungkin juga di masa kini intervensi dari pihak-pihak luar mengekang mereka dalam menciptakan lirik-lirik yang kreatif. Tuntutan label mungkin salah satunya. Demi mengejar sebuah pencapaian materi mereka rela kreatifitas mereka direnggut. Dalam pemikiran saya, alangkah baiknya jika kualitas lebih diutamakan ketimbang kuantitas.Lebih baik menciptakan satu lagu saja tetapi dengan tingkat kreatifitas yang tinggi, tidak hanya pada kemampuan bermusik tetapi juga dalam memainkan kata-kata menjadi sebuah lirik daripada menciptakan seratus lagu tapi dengan musik sederhana dan lirik standard yang kadang gak bermutu, tampang dan aksi gila yang kemudian dijadikan senjata pamungkas. Tapi itulah mereka, jamur-jamur di musim hujan, yang jika musim kemarau datang mereka menghilang ditelan bumi.
Well, saya bukan orang musik, saya juga gak punya band, saya hanyalah penikmat musik dan itulah penilaian saya terhadap dunia permusikan Indonesia jaman sekarang. Selera musik setiap orang tentu berbeda dan saya melihat semua ini dari sudut pandang saya pribadi.